Wednesday, March 14, 2018

Budaya Bali yang sesungguhnya & Peristiwa sakralnya

Kita harus mengalami budaya Bali yang sesungguhnya dan acara sakralnya sekali dalam hidup mereka. Hari yang sunyi itu dirayakan setahun sekali dan semua orang sangat bersemangat untuk merayakan hari yang akan datang. Rantai upacara tiga hari, dimulai sehari sebelum Nyepi (hari hening) dan akan segera berakhir hari demi hari. Hari Pengerupukan Pada hari sebelum orang Bali Nyepi akan mengadakan upacara bernama Tawur Kesanga, hari pemurnian. Diadakan di persimpangan jalan utama desa yang diyakini sebagai rumah atau titik temu setan dan kejahatan. Semua penduduk desa memiliki upacara Hindu di rumah mereka dan juga mengusir kejahatan jahat di sekitarnya. Pencahayaan obor dan membuat kebisingan untuk mendapatkan Bhuta Kala (roh jahat) jauh dari kehidupan kita. Setelah itu orang akan berkumpul di perempatan untuk memiliki parade ogoh - ogoh (patung rakasa besar yang terbuat dari bambu melambangkan kejahatannya). Anda akan melihat banyak monster dalam berbagai desain dan efek yang melambangkan kejahatan jahat serta mengungkapkan cerita dalam naskah Hindu. Urutan ini akan dimulai di malam hari setelah matahari terbenam, sekitar pukul 07.00 - 21.00 WIB dan akan ada kerumunan besar di setiap jalan utama yang Anda lewati. Sebagian besar restoran akan tutup pada hari Minggu malam sampai Selasa sore. Nyepi (Hari Silence) Senin pagi, hari Nyepi dimulai. Segala sesuatu yang mengelilingi Anda damai dan tenang. Tidak ada apa-apa selain suara burung yang akan menemani harimu. Nyepi adalah hari ketika Anda kembali ke zaman kuno bertahun-tahun yang lalu dan tinggal jauh dari keramaian kota modern. Dilarang menyalakan lampu sepanjang waktu, membuat kebisingan, keluar dari tempat tinggal Anda. Ada 4 peraturan Nyepi yang harus menjadi kewajiban orang Hindu untuk dikejar disebut Catur Brata Penyepian (Empat kewajiban Nyepi). Pertama, jangan diijinkan makan atau minum, Anda harus melakukan puasa selama 24 jam. Kedua, tidak diperbolehkan menyalakan lampu atau penerangan apapun. Jadi seluruh Bali akan gelap tanpa cahaya yang diterangi cahaya bulan akan mencerahkan. Ketiga, dilarang bekerja atau melakukan tugas yang berkaitan dengan profesi atau kegiatan kerja sehari-hari. Untuk itu workaholic ini adalah waktu terbaik bagi Anda untuk menghabiskan sebagian besar waktu Anda hanya bersantai dan tidak mengerjakan lembar kerja. Aturan terakhir tidak keluar rumah. Dengan demikian tak seorang pun akan berada di sekitar jalan dan tetap tinggal di rumah mereka kecuali Pecalang (orang Bali yang akan mengamankan daerah tersebut sementara yang lain memiliki ritual Nyepi). Mereka adalah orang-orang lokal yang dipilih oleh masyarakat untuk melakukan tugas tersebut sebagai keamanan selama hari suci. Hari ini adalah hari dimana Anda terbebas dari polusi dan penyembuhan tubuh dan jiwa Anda, jauh dari aktivitas stres sehari-hari untuk satu hari. Orang-orang Bali kuno mengambil momen ini untuk melakukan meditasi atau membaca tulisan suci. Filosofi Nyepi adalah introspeksi diri untuk menambah nilai kehidupan, berpikir lebih bijak dari pada hari sebelumnya. Rasakan hari yang paling suci ini melalui liburan anda di Bali dan nikmati penyegaran pikiran dan jiwa. Hari Ngembak Geni Hari ini semua kegiatan kembali normal dan Catur Brata Penyepian berakhir. Mulai dari hampir matahari terbit orang berkumpul di pantai dan menyucikan diri dengan mandi dengan air laut yang dipercaya sebagai air suci. Setiap kerabat saling mengunjungi untuk menjaga hubungan keluarga yang baik. Bergeraklah di sepanjang pantai untuk merasakan udara segar Tahun Baru saat Anda kembali ke aktivitas rutin namun dengan inspirasi hidup yang baru. Dapatkan kesempatan untuk duduk dan bersantai di pantai atau sarapan di restoran tepi pantai. Ini akan menjadi liburan yang menyenangkan dengan pengalaman budaya Bali.

MELASTI

Melasti adalah upacara yadnya dalam agama Hindu yang secara umum bertujuan untuk mensucikan diri secara lahir dan batin. Upacara Melasti dilakasanakan setiap 1 tahun sekali, yang merupakan rangkaian dari Hari raya Nyepi di Bali. Melasti dalam sumber Lontar Sunarigama dan Sanghyang Aji Swamandala yang dirumuskan dalam bahasa Jawa Kuno menyebutkan Melasti ngarania ngiring prewatek dewata angayutaken laraning jagat, papa klesa, letuhing bhuwana Artinya : Melasti adalah meningkatkan Sraddha dan Bhakti pada para Dewata manifestasi Tuhan Yang Mahaesa untuk menghanyutkan penderitaan masyarakat, menghilangkan papa klesa dan mencegah kerusakan alam. Dari kutipan Lontar tersebut di atas, maka Melasti itu ada lima tujuannya yaitu: 1. Ngiring prewatek dewata, ini artinya upacara melasti itu hendaknya didahului dengan memuja Tuhan dengan segala manifestasinya dalam perjalanan melasti. Tujuannya adalah untuk dapat mengikuti tuntunan para dewa sebagai manifestasi Tuhan. Dengan mengikuti tuntunan Tuhan, manusia akan mendapatkan kekuatan suci untuk mengelola kehidupan di dunia ini. Karena itu melasti agak berbeda dengan berbhakti kepada Tuhan dalam upacara ngodalin atau saat sembahyang biasa. Para dewata disimbolkan hadir mengelilingi desa, sarana pretima dengan segala abon-abon Ida Bhatara. Semestinya umat yang rumahnya dilalui oleh iring-iringan melasti itu menghaturkan sesaji setidak-tidaknya canang dan dupa lewat pintu masuknya kepada Ida Bhatara yang disimbolkan lewat rumah itu. Tujuan berbhakti tersebut agar kehadiran beliau dapat dimanfaatkan oleh umat untuk menerima wara nugraha Ida Bhatara manifestasi Tuhan yang hadir melalui melasti itu. 2. Anganyutaken laraning jagat, artinya menghayutkan penderitaan masyarakat. Jadinya upacara melasti bertujuan untuk memotivasi umat secara ritual dan spiritual untuk melenyapkan penyakit-penyakit sosial. Penyakit sosial itu seperti kesenjangan antar kelompok, perumusuhan antar golongan, wabah penyakit yang menimpa masyarakat secara massal, dan lain-lain. Setelah melasti semestinya ada kegiatan-kegiatan nyata untuk menginventariskan berbagai persoalan sosial untuk dicarikan solusinya. Dengan langkah nyata itu, berbagai penyakit sosial dapat diselesaikan tahap demi tahap secara niskala. Upacara melasti adalah langkah yang bersifat niskala. Hal ini harus diimbangi oleh langkah sekala. Misalnya melatih para pemuka masyarakat agar memahami pengetahuan yang disebut “manajemen konflik” mendidik masyarakat mencegah konflik. 3. Papa kelesa, artinya melasti bertujuan menuntun umat agar menghilangkan kepapanannya secara individual. Ada lima klesa yang dapat membuat orang papa yaitu; Awidya : Kegelapan atau mabuk, Asmita : Egois, mementingkan diri sendiri, Raga : pengumbaran hawa nafsu, Dwesa : sifat pemarah dan pendendam, Adhiniwesa : rasa takut tanpa sebab, yang paling mengerikan rasa takut mati. Kelima hal itu disebut klesa yang harus dihilangkan agar seseorang jangan menderita. 4. Letuhing Bhuwana, artinya alam yang kotor, maksudnya upacara melasti bertujuan untuk meningkatkan umat hindu agar mengembalikan kelestarian alam lingkungan atau dengan kata lain menghilangkan sifat-sifat manusia yang merusak alam lingkungan. Umat hindu merumuskan lebih nyata dengan menyusun program aksi untuk melestarikan lingkungan alam. Seperti tidak merusak sumber air, tanah, udara, dan lain-lain. 5. Ngamet sarining amerta ring telenging segara, artinya mengambil sari-sari kehidupan dari tengah lautan, ini berarti melasti mengandung muatan nilai-nilai kehidupan yang sangat universal. Upacara melasti ini memberikan tuntunan dalam wujud ritual sakral untuk membangun kehidupan spiritual untuk didayagunakan mengelola hidup yang seimbang lahir batin. Dalam Babad Bali, Melasti, juga disebutkan merupakan rangkaian dari hari raya Nyepi dan Melasti juga disebut juga melis atau mekiyis bertujuan untuk : • Melebur segala macam kekotoran pikiran, perkataan dan perbuatan, serta memperoleh air suci (angemet tirta amerta) untuk kehidupan yang pelaksanaannya dapat dilakukan di laut, danau, dan pada sumber / mata air yang disucikan. • Bagi pura yang memiliki pratima atau pralingga seyogyanya mengusungnya ke tempat patirtan tersebut di atas. Pelaksanaan secara ini dapat dilakukan beberapa hari sebelum dilaksanakanya tawur kesanga untuk memohon kepada Tuhan untuk kesejahteraan alam lingkungan menjelang pergantian tahun saka. Dihimbaukan juga hendaknya kepada semua Umat Hindu yang melaksanakan Melasti tidak membuang sampah makanan/minuman sembarangan. Agar tidak mengotori lingkungan tempat melaksanakan Melasti dan tentu agar tidak mengurangi makna kita melaksanakan Melasti. Semoga artikel ini bermanfaat. Jika terdapat penjelasan yang kurang lengkap atau kurang tepat. Mohon dikoreksi bersama. Suksma…

Sunday, March 4, 2018

Sangeh Monkey Forest

Salah satu objek wisata di Bali yang menarik untuk dikunjungi dan sambil mengenal lingkungan alam sekitar adalah obyek wisata Sangeh. Obyek wisata Sangeh, merupakan kawasan hutan lindung yang didominasi pohon pala. Selain itu, anda juga dapat melihat ratusan monyet di taman wisata alam Sangeh. Obyek wisata Sangeh berlokasi di Jalan Brahmana, desa Sangeh, kecamatan Abiansemal, wilayah Kabupaten Badung. Jika anda berangkat dari objek wisata Seminyak, untuk menuju lokasi taman wisata alam Sangeh akan menempuh waktu sekitar 1 jam 15 menit. Apabila anda berangkat dari objek wisata Ubud, jaraknya lebih pendek yaitu sekitar 18 kilometer dengan perkiraan waktu tempuh 40 menit. Salah satu keunikan yang ada di obyek wisata Sangeh adalah, anda akan melihat pohon pala besar yang batangnya menyerupai bentuk kelamin pria dan wanita. Sehingga pohon pala ini dinamakan pohon Lanang Wadon, yang artinya pohon yang melambangkan pria dan wanita. Tepat di tengah-tengah hutan. anda akan melihat dua buah Pura. Pura yang lebih kecil namanya pura Melanting dan pura yang lebih luas namanya pura Bukit Sari. Para penduduk setempat, sangat menyakralkan keberadaan dari Pura tersebut, begitu pula dengan monyet monyet yang ada disekitar obyek wisata Sangeh. Hal ini sangat berhubungan erat dengan cerita dari keberadaan Sangeh itu sendiri, yang diyakini merupakan Duwe (milik) dari para Dewa Pura Bukit Sari. Saat ini penataan obyek wisata Sangeh sudah sangat bagus, dengan areal parkir yang luas. Pada areal depan dari obyek wisata Sangeh, anda akan melihat patung raksasa Rahwana yang sedang diserang oleh puluhan monyet. Desain patung raksasa Rahwana diambil dari kisah Ramayana yang sangat terkenal bagi masyarakat Bali pada khususnya. Disebelah kanan dan kiri patung Rahwana, anda akan melihat patung singa bersama dengan monyet kecil. Patung singa mengisahkan tentang raja hutan yang menyayangi seekor bayi monyet. Setelah anda tiba di tengah-tengah dari kawasan taman wisata alam Sangeh, anda akan melihat beberapa pohon pala yang menjulang tinggi dan dibeberapa dahan dari pohon pala, akan terlihat segerombolan monyet. Hal yang harus diperhatikan jika anda berkunjung ke obyek wisata Sangeh Monkey Forest adalah: • Tidak memakai perhiasan seperti kalung dan anting-anting. • Tidak menggunakan kaca mata. • Tidak menggangu monyet. Ini bertujuan untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan, seperti monyet mengambil perhiasan anda atau barang bawaan yang anda bawa. Sebaiknya anda menyiapkan beberapa makanan seperti pisang atau ketela yang dapat anda beli di warung sekitar areal parkir dari objek wisata Sangeh. Pemandu wisata di sekitar areal Sangeh banyak tersedia, dengan berpakaian adat Bali, yang siap membantu anda bila anda perlukan. Berwisata ke obyek wisata Sangeh Monkey Forest, lebih cocok untuk wisata keluarga bersama putra putri anda. Karena dapat memperkenalkan hutan lindung kepada anak. Selain itu, putra putri anda dapat berinteraksi dengan monyet.

Ubud Monkey Forest Bali

Objek wisata Ubud Bali sangat terkenal sampai kemancanegara akan seni, alam dan budayanya, menawarkan beranekaragam jenis tempat wisata menarik untuk dikunjungi dan aktivitas liburan untuk wisatawan. Saat anda mendengar salah satu nama objek wisata di Ubud Bali, yaitu Ubud monkey forest. Walaupun anda belum pernah berlibur ke objek wisata monkey forest Ubud, anda pasti tahu dari namanya, bahwa anda akan dapat melihat kera di tempat wisata ini. Monkey Forest Ubud masuk dalam salah satu tempat wisata di Ubud yang wajib dikunjungi, karena sangat ikonik dan mewakili kesan akan objek wisata Ubud secara keseluruhan. Objek wisata monkey forest Ubud merupakan kawasan hutan lindung dan di dalam hutan ini, terdapat pura sakral umat Hindu Bali, bernama Pura Dalem Agung Padangtegal. Nama asli objek wisata monkey forest Ubud adalah Mandala Wisata Wenara Wana, tapi lebih dikenal dengan nama Sacred Monkey Forest Sanctuary. Lokasi objek wisata monkey forest Ubud Bali, berada di Jalan Monkey Forest Ubud, kabupaten Gianyar – Bali dengan kode pos 80571. Jika anda berangkat dari bandara Ngurah Rai langsung menuju lokasi dari Ubud monkey forest, maka akan memerlukan waktu kurang lebih 1 jam, 15 menit, dengan jarak tempuh sekitar 36 kilometer. Di saat wisatawan memasuki kawasan objek wisata monkey forest Bali, udara sejuk akan terasa, pepohonan hijau yang menjulang tinggi, akan tampak dari areal parkir. Sebelum wisatawan memasuki pintu masuk, disebelah kiri dari pintu masuk, akan terdapat loket tiket, di loket inilah wisatawan akan membayar tiket masuk. Di pintu masuk, wisatawan akan melihat beberapa pedagang yang menjual pisang yang wisatawan dapat beli, jika ingin memberikan makan kera. Jam buka dari tempat wisata monkey forest di Ubud, dari jam 08:30 – 18:00 waktu Bali. Waktu terbaik untuk berkunjung ke Sacred Monkey Forest Sanctuary adalah pada jam 14:00. Karena hampir sebagian besar dari kera sudah kenyang, mendapatkan makanan dari pengunjung sebelumnya. Hal ini membuat sifat agresif kera sedikit berkurang. Di dalam objek wisata monkey forest di Ubud, banyak sekali terdapat petugas yang mengawasi perilaku kera. Tujuannya demi kenyamanan dan keamanan pengunjung. Ada beberapa tips yang sebaiknya wisatawan lakukan jika mengunjungi tempat wisata Sacred Monkey Forest Sanctuary. • Taruhlah barang berharga di dalam tas, seperti anting-anting, selendang, kacamata ataupun handphone. Jika ingin foto-foto, selalu pegang erat kamera. Barang-barang tersebut akan menarik minat dari kera-kera untuk mengambil. • Berjalanlah di jalan yang sudah disediakan, jangan berjalan melewati areal dari jalan yang sudah disediakan. Hal ini akan membuat kera-kera agresif, karena kera-kera mengira anda memasuki kawasan mereka. • Jangan memukul atau menyakiti kera-kera, hal ini akan membuat kera-kera yang lain akan menyerang anda.

Alas Kedaton Bali Monkey Forest

Alas Kedaton Bali merupakan kawasan hutan lindung yang memiliki luas kurang lebih 12 hektar. Selain banyak terdapat pepohonan, anda akan melihat banyak kera disekitar areal hutan. Di dalam areal hutan juga terdapat sebuah pura yang bernama pura Alas Kedaton. Lokasi tempat wisata Alas Kedaton berada di desa Kukuh, kecamatan Marga, kabupaten Tabanan-Bali. Jika pembaca berangkat dari kawasan pantai Kuta, maka akan memerlukan waktu tempuh sekitar 1 jam 10 menit, tentunya keadaan jalan tidak macet. Daya tarik utama dari objek wisata ini terletak pada kera yang menghuni areal hutan, jumlahnya sekitar 2.000 kera. Maka dari itu disaat anda memasuki gerbang, anda akan disambut oleh kera-kera ini. Beberapa dari pembaca akan bertanya, apakah kera-kera yang ada di tempat wisata ini sudah jinak? Jangan khawatir, kera-kera disini sudah sangat jinak dan sudah familiar dengan keberadaan manusia. Kera tidak akan menyerang anda, asal jangan bertindak kasar terhadap mereka. Walaupun kera-kera ini jinak, tapi tetaplah binatang liar, disarankan untuk tetap berhati-hati terutama terhadap barang bawaan dan diusahakan untuk menaruhnya di tas dan tersembunyi. Seperti dompet, handphone, kacamata, anting-anting dan barang-barang kecil yang lain. Ada kemungkinan kera-kera ini akan tertarik terhadap barang-barang bawaan anda, maka itu berhati-hatilah! Agar anda dapat menikmati liburan, bukannya memikirkan barang yang hilang. Jika anda suka, bawalah sedikit makanan yang dapat anda berikan kepada kera, seperti pisang ataupun kacang. Jika anda sudah memberikan makanan, maka anda memiliki peluang berfoto bersama kera.

Wednesday, February 21, 2018

Tradisi Perang Pandan Berduri di Tenganan

Budaya perang pandan atau Mekare-kare merupakan ikon Desa Adat Tenganan Pagringsingan yang berada di Kabupaten Karangasem, Bali. Tradisi perang pandan ini merupakan bagian dari Usaba Sambah yang merupakan ritual terbesar dalam setahun dengan perayaan sukacita oleh masyakarakat Desa Bali Aga Tenganan. Ritual Usaba Sambah yang jatuh pada bulan kelima dalam perhitungan penanggalan Tenganan Pagringsingan ini (antara bulan Mei hingga Juni) digelar selama sebulan penuh. Budaya Mekare-kare selama berlangsungnya Usaba Sambah dilaksanakan sebanyak empat kali. Pertama dilakukan di Bale Agung, Kedua di Patemu Kaja, Ketiga di Patemu Kelod dan keempat di Patemu Tengah. Mekare-kare yang pertama dan kedua lebih bersifat simbolis warga setempat sementara Mekare-kare ketiga dan keempat diikuti lebih banyak orang termasuk warga di luar wilayah Tenganan Pagringsingan. Upacara Perang Pandan/Mekare kare ini diadakan 2 hari dan diselenggarakan 1 sekali dalam setahun pada sasih kalima (bulan kelima pada kalender Bali) dan merupakan bagian dari upacara Sasih Sembah yaitu upacara keagamaan terbesar di Desa Tenganan.Tempat pelaksanaan upacara Mekare-kare ini adalah didepan balai pertemuan yang ada di halaman desa. Waktu pelaksanaan biasanya dimulai jam 2 sore dimana semua warga menggunakan pakaian adat Tenganan (kain tenun Pegringsingan), untuk para pria hanya menggunakan sarung (kamen), selendang (saput), dan ikat kepala (udeng) tanpa baju, bertelanjang dada. Perlengkapan Perang ini adalah pandan berduri diikat menjadi satu berbentuk sebuah gada, sementara untuk perisai yang terbuat dari rotan. Setiap pria (mulai naik remaja) didesa ini wajib ikut dalam pelaksanaan Perang Pandan, panggung berukuran sekitar 5 x 5 meter persegi itu. Dengan tinggi sekitar 1 meter, tanpa tali pengaman mengelilingi.Sebelum Perang Pandan dimulai,diawali dengan ritual upacara mengelilingi desa untuk memohon keselamatan,lalu diadakan ritual minum tuak, tuak dalam di bambu dituangkan ke daun pisang yang berfungsi seperti gelas. Peserta perang saling menuangkan tuak itu ke daun pisang peserta lain. Kemudian tuak tersebut dikumpulkan menjadi satu dan dibuang kesamping panggung. Saat upacara Perang Pandan akan dimulai, Mangku Widia pemimpin adat di Desa Tenganan memberi aba-aba dengan suaranya, lalu dua pemuda bersiap-siap. Mereka berhadap-hadapan dengan seikat daun pandan di tangan kanan dan perisai terbuat dari anyaman rotan di tangan kiri. Penengah layaknya wasit berdiri di antara dua pemuda ini.Setelah penengah mengangkat tangan tinggi-tinggi, dua pemuda itu saling menyerang. Mereka memukul punggung lawan dengan cara merangkulnya terlebih dulu. Mereka berpelukan. Saling memukul punggung lawan dengan daun pandan itu lalu menggeretnya. Karena itu ritual ini disebut pula megeret pandan. Peserta perang yang lain bersorak memberi semangat. Gamelan ditabuh dengan tempo cepat. Dua pemuda itu saling berangkulan dan memukul hingga jatuh. Penengah memisahkan keduanya dibantu pemedek yang lain. Pertandingan ini tidak berlangsung lama. Kurang dari satu menit bahkan. Selesai satu pertandingan langsung disambung pertandingan yang lain, Ini dilakukan bergilir (lebih kurang selama 3 jam).Seusai upacara tersebut semua luka gores diobati dengan ramuan tradisional berbahan kunyit yang konon sangat ampuh untuk menyembuhkan luka. Tidak ada sorot mata sedih bahkan tangisan pada saat itu karena mereka semua melakukannya dengan iklas dan gembira. Tradisi ini adalah bagian dari ritual pemujaan masyarakat Tenganan kepada Dewa Indra, dewa perang yang dihormati dengan darah lewat upacara perang pandan, dilakukan tanpa rasa dendam, atau bahkan dengan senyum ceria, meski harus saling melukai dengan duri pandan.Setelah Perang Pandan selesai kemudian ditutup dengan bersembahyangan di Pura setempat dilengkapi dengan mempersembahkan/menghaturkan tari Rejang.Adat istiadat harus kita junjung tinggi karena merupakan citra diri juga melambangkan harga diri akan suatu negeri. Adat istiadat jangan sampai hilang agar orang tahu dari mana kita berasal. Bali pulau dewata menampilkan berbagai macam keindahan.

Goa Gajah Ubud

Diduga kata Goa Gajah berasal dari kata “ Lwa Gajah”. Pada lontar Negarakertagama yang disusun oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365 M, terdapat nama “Lwa Gajah”. Jika diartikan, ke bahasa Indonesia, maka kata “ Lwa “ berarti sungai dan Gajah yang berarti wihara tempat pemujaan para Bhiksu umat beragama Budha. Maka nama kata “ Lwa Gajah” dapat diartikan sebagai tempat pertapaan para Bhiksu umat beragama Budha yang lokasinya berada di tepi sungai. Dari areal parkir menuju lokasi pertapaan, wisatawan harus menuruni anak tangga. Tempat ini dikelilingi pepohonan hijau yang rindang, sehingga suasananya sangat sejuk dan asri. Menurut petugas yang menjaga obyek wisata ini, pepohonan tersebut sudah berusia ratusan tahun. Komplek objek wisata Goa Gajah Ubud secara keseluruhan dapat dilihat dari tangga. Pada saat anda sampai di area bawah setelah menuruni anak tangga, akan terdengar gemericik suara air yang mengalir dari pancuran arca. Bebatuan bekas bangunan yang dulunya hancur akibat gempa, juga ditemukan di sekitar pancuran. Sedangkan Goa Gajah Giayar sendiri, letaknya tidak jauh dari pancuran arca tersebut. Pintu masuk melalui mulut goa hanya cukup untuk 1 orang. Diluarnya terdapat ukiran dan 2 patung penjaga. Bagian dalam goa berbentuk huruf T, dengan tinggi sekitar 2 meter dan lebar 2 meter. Bagian kiri dan kanan lorong juga terdapat ceruk yang mungkin pada jaman dahulu adalah tempat bertapa. Namun sekarang wisatawan dapat duduk maupun berbaring disana. Pada ujung barat lorong terdapat Arca Ganesha dan ujung timur lorong terdapat 3 lingga. Selain itu di sekitar areal goa, juga terdapat patung petirtaan dengan tujuh patung widyadara–widyadari yang sedang memegang air suci. Total patungnya ada tujuh, yang merupakan symbol dari tujuh sungai di India, tempat kelahiran agama Hindu dan Budha. Goa Gajah Ubud lokasinya berada di sebelah barat Desa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar. Lokasi tepatnya adalah di tepi jurang dan merupakan pertemuan dari sungai kecil di desa tersebut. Jika anda berangkat dari kota Denpasar, jaraknya sekitar 26 km dari kota Denpasar dengan perkiraan waktu tempuh 1 jam.

Budaya Bali yang sesungguhnya & Peristiwa sakralnya

Kita harus mengalami budaya Bali yang sesungguhnya dan acara sakralnya sekali dalam hidup mereka. Hari yang sunyi itu dirayakan setahun seka...