Thursday, January 25, 2018

Pura Tirta Empul

Rimbunnya pepohonan disertai hawa sejuk khas dataran tinggi mengiringi sepanjang perjalanan menuju Pura Tirta Empul di tengah Pulau Bali. Lantas sesampainya di dalam, gemercik pancuran aliran air suci merasuk hingga ke dalam relung jiwa. Sekejap suasana batin langsung terbuai damai. Relung jiwa tak kuasa menahan aura magis yang ada, serasa ikut hanyut mengikuti aliran air di kompleks petirtaan suci bagi umat Hindu Pulau Dewata ini. Menurut cerita dari masyarakat setempat, Pura Tirta Empul merupakan sebuah bangunan suci kuno yang menyimpan sebuah legenda perseteruan antara seorang raja yang tamak dengan para dewa. Diceritakan pada zaman dahulu bertahta seorang Raja Kerajaan Bali yagn sangat sakti dan tak tertandingi bernama Mayadanawa dari keturunan Daitya atau raksasa. Raja Mayadanawa adalah anak dari seorang dewi Danu Batur Kesaktiannya adalah mampu mengubah wujudnya menjadi segala bentuk yang diinginkannya. Dengan kesaktiannya tersebut si raja mampu menaklukan daerah kekuasaan kerajaan-kerajaan lain seperti Bugis, Makasar, Sumbawa, Lombok, dan Blambangan di Banyuwangi. Karena keberhasilannya menundukkan kerajaan lain, Raja Mayadanawa menjadi sombong. Kemudian ia melarang rakyatnya beribadah kepada dewa dan sebagai gantinya memerintahkan mereka untuk menyembah dirinya yang dirasa sangat sakti. Sejak saat itu rakyat mulai sengsara hingga kemudian timbul bencana kekeringan dan wabah penyakit di mana-mana. Menyadari hal tersebut, seorang Mpu bernama Mpu Kul Putih melakukan semadi dan memohon bantuan dari para dewa. Tak lama kemudian datanglah Dewa Bathara Indra beserta pasukannya memasuki keraton Raja Mayadanawa. Pertempuran pun terjadi dan dimenangkan pasukan Dewa Bathara Indra. Tak mau mengakui kekalahannya, pada tengah malam Raja Mayadanawa membuat sebuah mata air beracun di sebuah desa di Tampaksiring, dekat tempat peristirahatan pasukan Dewa Bathara Indra. Mengetahui kelicikan Raja Mayadanawa tersebut Dewa Bathara Indra langsung membuat mata air suci lainnya beserta tempat peribadatan berupa pura yang kini dinamakan sebagai mata air Pura Tirta Empul. Setelah itu, para pasukan Dewa Bathara Indra meminum mata air suci Pura Tirta Empul dan dengan sekejap sembuh. Pengejaran Raja Mayadanawa pun kembali dilanjutkan. Mengetahui dirinya terdesak, raja angkuh tersebut mengubah dirinya menjadi batu paras namun tetap diketahui oleh Dewa Bathara Indra. Kemudian dipanahlah batu paras tersebut dan Raja Mayadanawa menemui ajalnya. Kematian Raja Mayadanawa tersebut hingga saat ini oleh masyarakat Hindu Bali diperingati sebagai Hari Raya Galungan yang bermakna kemenangan dharma atau kebaikan atas adharma atau keburukan. Kompleks bangunan suci Pura Tirta Empul terdiri dari tiga bagian yakni bagian ‘Nista Mandala’ atau bagian paling luar (jabe sisi), kemudian bagian ‘Madya Mandala’ atau bagian tengah kompleks pura (jabe tengah), dan ‘Utama Mandala’ atau bagian utama (jeroan). Pada bagian tengah kompleks petirtaan di Pura Tirta Empul atau bagian Madya Mandala inilah terdapat dua buah kolam air berbentuk persegi panjang. Di sisi kolam petirtaan suci ini terdapat pancuran air berbentuk seperti cangkang keong sebanyak 30 buah yang berderet rapi membujur dari barat ke timur. Masing-masing pancuran memiliki nama seperti Pancuran Penglukatan, Pancuran Pembersihan, Pancuran Sudamala, Pancuran Cetik atau Pancuran Racun, dan lain-lain. Tak hanya umat Hindu Bali dan masyarakat lokal saja yang melukat (ritual pembersihan diri menggunakan sumber air suci) di kompleks kolam petirtaan suci Pura Tirta Empul. Pengunjung dan masyarakat umum pun diperbolehkan ikut melakukan prosesi melukat di kolam ini. Adapun syarat yang harus ditaati oleh pengunjung adalah menggunakan kamen atau semacam sarung adat khas Bali yang biasa dikenankan oleh umat Hindu Bali saat bersembahyang di dalam pura. Ritual pelukatan di kompleks petirtaan suci ini biasa diawali dengan meletakan canang atau sesajen di atas batu pancuran air. Kemudian canang tersebut diisi dupa yang dibakar dan didoakan. Setelah itu baru ritual pelukatan dimulai dengan membasuh seluruh tubuh dari ujung kepala menggunakan sumber mata air suci dan diulang terus hingga sampai ke pancuran paling ujung. Pura Tirta Empul terletak di Desa Manukaya, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Bali. Untuk mencapai tempat ini kamu wajib membawa kendaraan pribadi, sebab tidak ada angkutan umum yang melayani trayek ke tempat ini. Dari Kota Denpasar tempat ini bisa ditempuh sekitar 1,5 jam berkendara dengan rute Denpasar – Ubud – Kintamani. Jalannya sudah baik dan lebar sehingga jarang terjadi kemacetan lalu lintas.

No comments:

Post a Comment

Budaya Bali yang sesungguhnya & Peristiwa sakralnya

Kita harus mengalami budaya Bali yang sesungguhnya dan acara sakralnya sekali dalam hidup mereka. Hari yang sunyi itu dirayakan setahun seka...