Thursday, January 25, 2018

SANG HYANG MEMEDI

Tari-tarian Bali sebagai nafas budaya tak hanya indah ditonton namun memberikan suasana magis dalam pementasannya. Bahkan orang yang menyaksikan tak jarang larut hingga ikut terlibat dalam tarin tersebut. Ini biasa terjadi pada tari-tarian sakral yang pementasannya hanya pada hari-hari tertentu. Salah satunya tari sacral sanghyang yang sudah ada sejak zaman dahulu kala lekat dengan unsure kerauhan. Sang Hyang Memedi konon menculik anak-anak, seperti apa sesunguhnya, berikut liputannya. Menyaksikan tari sanghyang mungkin cukup jarang bagi sebagian orang, bahkan ada yang belum pernah melihatnya sama sekali. Memang benar, tari sanghyang merupakan tari sakral bukan untuk tontonan sehingga pementasannya sangat jarang hanya pada waktu-waktu tertentu. Ada beberapa jenis sanghyang yang masing-masing memiliki keunikan tersendiri. Antara lain Sanghyang Dedari, Sang Hyang Celeng, Sanghyang Dewa, Sanghyang Deling, Sanghyang Dangkluk, Sanghyang Penyalin, Sanghyang Lelipi, Sanghyang Bojog, Sanghyang Memedi, Sanghyang Bumbung, Sanghyang Kidang, Sanghayang Sampat, Sanghyang Janger, Sanghyang Kuluk, Sanghyang Penyu, Sanghyang Sembe, Sanghyang Sengkrong dan beberapa lagi. Jika ditelusuri, jenis-jenis sanghyang itu masih dapat dijumpai pementasannya dan kerauhan-nya. Tari sang hyang yang cukup eksis hingga saat ini adalah sang hyang dedari, masih bisa dijumpai dalam setiap karya agung. Sang hyang jaran masih bisa ditemui di Karangasem, tari Sang Hyang Sampat aslinya dari Karangasem juga sudah tidak ada lagi karena kehilangan gending untuk menghidupkan tarian tersebut. Mengenai tari sang hyang memedi memang sudah sangat jarang namun berdasarkan informasi dari peraih penghargaan seniman tua, Ida Bagus Widjana, sekaligus pemilik sanggar seni Bianglala, Pasekan, Tabanan, tari ini masih terpelihara di Jati luwih. Jati luwih terletak di kabupaten Tabanan dengan luas daerah persawahan 303 hektar terhitung sejak tahun 2000 – 2008 dan menjadi nominasi warisan budaya dunia. Terdapat dua situs di jati luwih yaitu situs alam dan situs budaya. Situs alamnya adalah sawah seluas 303 hektar dan situs budayanya yaitu cultural landscape Bali seperti Pura Luhur Petali beserta pura swadarmanya, kegiatan ritual di sawah, Tari Sang Hyang Memedi (Tari Sakral) dan menara jepang. “Tari Sang Hyang Memedi masih bisa dijumpai di Jati luwih. Tarian ini biasa ditapilkan melengkapi upacara Pitra Yadnya (ngaben),” ungkap Gus Rai yang masih aktif menari hingga kini. Sanghyang Memedi, adalah tarian yang dimainkan oleh laki-laki biasanya mereka yang usianya sudah tau. Tarian ini cukup unik karena hanya menggunakan pakaian alakadarnya dari bahan daun, klaras (daun pisang yang sudah tua) atau pohon padi sehingga menyerupai memedi (makhluk halus). Seperti apa yang biasa ditampilkan di Jati Luwih, penari sebelumnya tidak dipesiapkan karena dalam upacara itu siapa saja bisa terpilih secara nniskala untuk menari. Sehingga pakaian yang digunakan memang tidak dipersiapkan, ketika calon penari kerasukan barulah dipakaikan daun klaras, merekapun menari dengan gerakan seolah-seolah menyerupai memedi, sambil mengkeb-mengkeban dan berkejar-kejaran. Tarian ini hanya digerakkan mengikuti tembang yang dilantunkan tak lain merupakan gending sanghyang, membangkitkan kekuatan magis sehingga mereka yang larut di dalamnya akan ikut menari dengan tidak sadarkan diri.

No comments:

Post a Comment

Budaya Bali yang sesungguhnya & Peristiwa sakralnya

Kita harus mengalami budaya Bali yang sesungguhnya dan acara sakralnya sekali dalam hidup mereka. Hari yang sunyi itu dirayakan setahun seka...