Thursday, January 25, 2018

Tari Sakral Sanghyang Jaran

Bali memiliki berbagai jenis tarian dan salah satunya adalah tari Sanghyang, Dan salah satunya adalah Sanghyang Jaran (kekuatan roh dari kuda dewata).Di Kuta Tarian ini sering ditarikan oleh seorang pria, bisa juga oleh seorang pemangku atau orang yang dianggap suci yang mengendarai kuda-kudaan dari pelepah daun kelapa. Sebelumnya dimulai dengan rangkaian upacara dan pada akhirnya sang penari kemasukan roh kuda yang merupakan tunggangan dewata kahyangan. Tari Sanghyang merupakan tari kerauhan (trance) karena kemasukan roh (bidadari kahyangan dan binatang lainnya yang memiliki kekuatan merusak seperti babi hutan, monyet, atau yang mempunyai kekuatan gaib lainnya). Tari ini adalah warisan budaya Pra-Hindu yang dimaksudkan sebagai penolak bahaya, yaitu dengan membuka komunikasi spiritual dari warga masyarakat dengan alam gaib. Tarian ini dibawakan oleh penari putri maupun putra dengan iringan paduan suara pria dan wanita yang menyanyikan tembang-tembang pemujaan Di dalam Tari Sanghyang menurut Babad Bali, selalu ada tiga unsur penting yaitu asap/ api, Gending Sanghyang dan medium (orang atau boneka). Penyelenggaraannya melalui tiga tahap penting yaitu: 1. Nusdus. Upacara penyucian medium dengan asap/ api 2. Masolah. Penari yang sudah kemasukan roh mulai menari 3. Ngalinggihang. Mengembalikan kesadaran medium dan melepas roh yang memasuki dirinya untuk kembali ke asalnya. Beberapa jenis tari Sanghyang yang hingga kini masih ada di Bali, salah satunya di kuta ada tarian Sanghyang Jaran Penari yang sudah kerasukan/kesurupan roh akan kehilangan kesadaraanya, sambil memejamkan matanya berlari-lari kecil mengelilingi dan menginjak-injak bara api dari sabut dan batok kelapa, sambil diiringi nyanyian sakral/ gending Sanghyang. Semakin lama tarian tarian semakin memuncak, penari menerjang gundukan bara api, api diinjak, ditendang diambil dengan tangan tanpa terbakar sedikitpun, tari Sanghyang Jaran ini diiringi dengan lantunan kidung Sanghyang Jaran dan gamelan yang tak putus-putus, suasana magis lebih terasa lagi saat lampu penerang dimatikan, kelihatan bara api berserakan disana-sini, dan pada akhirnya semua api telah padam, dilanjutkan dengan mengembalikan kesadaran penari, melepas roh yang memasuki penari untuk kembali ke asalnya dan akhirnya sang penaripun sadar. Hal ini menyadarkan kita bahwa ada kekuatan lain di luar kita sehingga menambah kesadaran yang lebih tinggi ada kekuatan lain yang lebih besar lagi dari roh-roh tersebut yaitu Ida Sang Hyang Widi Wasa, yang menciptakan alam semesta ini beserta isinya. Tari ini diselenggarakan pada saat-saat prihatin, misalnya terjadi wabah penyakit atau kejadian lain yang meresahkan masyarakat. Tarian Sanghyang Jaran jarang sekali dipentaskan dan tempat pementasannya di pura, kalau saja tarian ini bisa lebih sering di pentaskan di tempat umum dan khalayak umum juga di perbolehkan untuk menyaksikan pementasan tarian ini maka menurut pandangan saya tarian ini bisa menarik minat wisatawan yang memang menyukai adat/tarian tradisional bali pada khususnya untuk datang ke bali, maksudnya tarian ini bisa di pentaskan untuk tontonan wisatawan seperti tarian kecak. Selain bisa memperkenalkan budaya bali yang masih terpendam dan belum banyak orang yang mengetahuinya, tarian ini juga dapat menghasilkan uang melalui tiket yang di jual di tempat-tempat wisata yang nantinya akan mempertontonkan tarian ini kepada wisatawan yang datang.

No comments:

Post a Comment

Budaya Bali yang sesungguhnya & Peristiwa sakralnya

Kita harus mengalami budaya Bali yang sesungguhnya dan acara sakralnya sekali dalam hidup mereka. Hari yang sunyi itu dirayakan setahun seka...